Selamat datang di situs kamiMelalui situs ini saya berharap,anda mendapatkan info tentang pariwisata yang ada dijepara&tertarik untuk mengunjunginya.
Minggu, 27 Desember 2009
POTENSI JEPARA
Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu ketenarannya hingga ke luar negeri. Kerajinan mebel dan ukir ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Namun sentra perdagangannya terlekat di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan dan Pemuda. Selain itu, Jepara merupakan kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini.
Potensi Kabupaten Jepara :
Industri Mebel Ukir Jepara. Industri ini tersebar luas di hampir semua kecamatan Jepara, kecuali Kecamatan Karimun Jawa
Kerajinan Patung & Ukiran. Sentra Kerajinan ini terdapat di desa Mulyoharjo Jepara. Di sana terdapat lebih dari 90 pengusaha di bidang kerajinan Patung dan Ukiran
Kerajinan Relief.Sentra Kerajinan ini terdapat di Desa Senenan, dekat Rumah Sakit Kartini Senenan Jepara.
Mebel & Kerajinan Rotan. Kerajinan rotan in terkumpul di Desa Teluk Sidi Jepara.
Tenun Ikat Troso (sarung, sprei, korden, bahan baju terbuat deri sutra dan katun). Sentra Tenun ini tersentra di daerah Troso, Pecangaan Jepara.
Kerajinan Monel
Kerajinan Gerabah Mayong
pariwisata
Industri Mebel dan Kerajinan merupakan industri andalan kabupaten Jepara. Industri tersebut telah menjadi tulang punggung perekonomian Jepara. pariwisata Jepara memiliki banyak objek menarik yang dapat dikembangkan lebih baik lagi, diantaranya Pantai Kartini, Bandengan dan karimun jawa. karena keterbatasan APBD yang ada, maka pengembangan pun belum optimal. selain itu, yang saat ini menarik adalah wisata budaya dan wisata industri. industri mebel dan ukir jepara yang berbasis HOME INDUSTRI dan merupakan kerajinan tangan dapat pula dikembangkan menjadi wisata industri sekaligus wisata belanja produk kerajinan jepara.
Potensi Kabupaten Jepara :
Industri Mebel Ukir Jepara. Industri ini tersebar luas di hampir semua kecamatan Jepara, kecuali Kecamatan Karimun Jawa
Kerajinan Patung & Ukiran. Sentra Kerajinan ini terdapat di desa Mulyoharjo Jepara. Di sana terdapat lebih dari 90 pengusaha di bidang kerajinan Patung dan Ukiran
Kerajinan Relief.Sentra Kerajinan ini terdapat di Desa Senenan, dekat Rumah Sakit Kartini Senenan Jepara.
Mebel & Kerajinan Rotan. Kerajinan rotan in terkumpul di Desa Teluk Sidi Jepara.
Tenun Ikat Troso (sarung, sprei, korden, bahan baju terbuat deri sutra dan katun). Sentra Tenun ini tersentra di daerah Troso, Pecangaan Jepara.
Kerajinan Monel
Kerajinan Gerabah Mayong
pariwisata
Industri Mebel dan Kerajinan merupakan industri andalan kabupaten Jepara. Industri tersebut telah menjadi tulang punggung perekonomian Jepara. pariwisata Jepara memiliki banyak objek menarik yang dapat dikembangkan lebih baik lagi, diantaranya Pantai Kartini, Bandengan dan karimun jawa. karena keterbatasan APBD yang ada, maka pengembangan pun belum optimal. selain itu, yang saat ini menarik adalah wisata budaya dan wisata industri. industri mebel dan ukir jepara yang berbasis HOME INDUSTRI dan merupakan kerajinan tangan dapat pula dikembangkan menjadi wisata industri sekaligus wisata belanja produk kerajinan jepara.
MAKANAN KHAS
Adon-adon Coro = minuman jahe santan dengan irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat.
Es Gempol = minuman santan dan gempol (bola dari tepung beras), biasa disajikan manis, asin, hangat ataupun dingin.
Es Pleret = minuman santan dan pleret (tepung beras yang dimakan sedikit kenyal) hampir mirip dengan gempol.
Dawet Jepara (Es Cendhol / Cendol) = terbuat dari bahan-bahan tepung sagu, gula merah asli, santan kelapa.
Rondo Royal = tape goreng yang dibungkus tepung.
Klenyem = ketela parut goreng isi gula merah.
Kenyol = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi gula merah, cara masak dikukus.
Nogosari = tepung dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus.
Moto Belong = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus, dan disajikan dengan cara dipotong-potong agak miring menyerupai bola mata dan dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.
Poci = tepung dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibentuk kerucut diisi campuran kelapa parut dan gula merah.
Kuluban = urap-urap dengan nangka muda, kacang panjang dan daun mudanya, tauge mentah, dan buah petai, disajikan mentahan.
Pecel Ikan Laut Panggang = ikan laut bakar dengan bumbu sambal santan kelapa.
Horok-horok = makanan yang sangat langka dan hanya ditemukan di jepara ini dibuat dengan bahan baku sagu. dengan cara pembuatan yang cukup aneh yaitu menggunakan sisir rambut. bentuknya seperti busa sterofom yang kenyal dengan rasa sedikit asin. biasanya dimakan sebagai campuran bakso,gado-gado, ataupun lainnya.
Bontosan = adonan krupuk ikan tenggiri dalam bentuk gelondongan dan sudah dikukus.
Sate Udang dan Sate Kerbau
Terasi Jepara.
Durian Petruk.
Gereh Iwak Teri = Ikan teri yang dijadikan semacam ikan asin, kebanyakan dari pulau karimunjawa.
Latuh/Lato = sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
Tempong (blenyik) = ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.
Sutet = Susu Telor Tegangan Tinggi
ASAL NAMA JEPARA
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadiri suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadiri suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
WISATA BUDAYA JEPARA
PESTA LOMBAN Pesta ini merupakan acara sesajian ritual yang dilakukan oleh para nelayan Jepara. Pesta lomban dimulai dengan upacara persiapan di pinggir pantai dan kemudian sesaji yang berupa kepala kerbau di lepas di tengah laut. Setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu yang kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyak berkah dalam mencari ikan. Ketika berebut sesaji ini juga dimeriahkan dengan tradisi perang ketupat dimana antar perahu yang berebut saling melempar dengan menggunakan ketupat. malam hari sebelum acara ini berlangsung, biasanya diadakan pegelaran wayang kulit semalam suntuk.
PERANG OBOR
Perang obor merupakan tradisi yang dilakukan pada puncak panen di desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan yang letaknya + 3 km arah selatan kota Jepara. Perang obor ini merupakan atraksi perang menggunakan pelepah daun kelapa yang dibakar dan dihantamkan kepada peserta lainnya. Perang obor ini merupakan atraksi budaya yang sudah yang sudah turun temurun yang harus dilestarkan karena selain merupakan tradisi budaya daerah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha esa atas limpahan anugrah panen kepada masyarakat setempat juga sangat menarik untuk dinikmati oleh wisatawan, sehingga hal ini berpotensi untuk dikembangkan dan dikemas menjadi wisata budaya yang sangat menarik.Merupakan upacara selamatan yang dilakukan oleh warga Desa Tegalsambi. Upacara selamatan atas keberhasilan panen dari warga desa ini sangat berbeda dengan daerah lain. upacara dilakukan pada malam hari dengan acara puncak ‘Perang Obor’. Para peserta perang obor dengan menggunakan obor masing-masing, saling menyerang peserta yang lain. Dengan dibekali kepercayaan dari sesepuh desa maka seluruh peserta dapat menyelesaikan perang obor tersebut dengan selamat, tanpa menderita luka bakar sedikitpun.
PERANG OBOR
Perang obor merupakan tradisi yang dilakukan pada puncak panen di desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan yang letaknya + 3 km arah selatan kota Jepara. Perang obor ini merupakan atraksi perang menggunakan pelepah daun kelapa yang dibakar dan dihantamkan kepada peserta lainnya. Perang obor ini merupakan atraksi budaya yang sudah yang sudah turun temurun yang harus dilestarkan karena selain merupakan tradisi budaya daerah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha esa atas limpahan anugrah panen kepada masyarakat setempat juga sangat menarik untuk dinikmati oleh wisatawan, sehingga hal ini berpotensi untuk dikembangkan dan dikemas menjadi wisata budaya yang sangat menarik.Merupakan upacara selamatan yang dilakukan oleh warga Desa Tegalsambi. Upacara selamatan atas keberhasilan panen dari warga desa ini sangat berbeda dengan daerah lain. upacara dilakukan pada malam hari dengan acara puncak ‘Perang Obor’. Para peserta perang obor dengan menggunakan obor masing-masing, saling menyerang peserta yang lain. Dengan dibekali kepercayaan dari sesepuh desa maka seluruh peserta dapat menyelesaikan perang obor tersebut dengan selamat, tanpa menderita luka bakar sedikitpun.
JAMBUL TULAKAN
Suatu kegiatan sedekah bumi dari Desa Tulakan yang menampilkan sesajian yang berbentuk gunungan sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka berhasil mendapatkan panen pertanian dengan cukup melimpah. dengan sajian tersebut juga diharapkan pada masa mendatang dapat berhasil mendapatkan panen yang bagus. Kegiatan ini begitu ramai sehingga tidak saja diikuti oleh warga Desa setempat, namun juga dari berbagai warga Desa lain.
Tari Kridhajati Riwayatmu Kini

Jepara bentuk lembaga verifikasi merek
Pemkab Jepara segera membentuk lembaga verifikasi merek produk ukiran sebagai filterisasi serta upaya mendorong perajin supaya mendaftarkan HaKI ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag) Jepara, Salembayong, mangatakan pembentukan lembaga itu sudah masuk dalam usulan rencana anggaran 2010 sehingga ditargetkan pada periode tersebut telah selesai dibentuk.Lembaga itu, lanjut dia nantinya akan diisi oleh kalangan pelaku usaha dan birokrasi.Lembaga tersebut, kata Salembayong, bertugas mengatur segala tata niaga mebel ukir sehingga seluruh kegiatan industri produk andalan Kabupaten Jepara ini bisa terkontrol baik transaksi maupun aktivitas ekspor impornya.“Jadi akan ada labelisasi dari lembaga tersebut atas semua daftar mebel ukir yang akan dijual,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.Salembayong menuturkan mulai dari asal mula bahan baku, produk, tenaga kerja hingga ke pemasarannya menjadi wilayah kontrol dari lembaga tersebut.Tujuannya, katanya, adalah untuk membangun citra bagaimana suatu produk itu memiliki nilai tambah sehingga harga jualnya meningkat, hal itu bisa dicapai dengan menggali potensi yang menjadi indikasi geografis suatu produk.“Indikasi geografis itu adalah nama produk tertentu yang disertakan nama daerah asal produk tersebut. Seperti mebel ukir Jepara,” ujarnya.Mebel ukir Jepara merupakan satu di antara empat produk berindikasi geografis yang didaftarkan ke Ditjen HaKI di antaranya kacang oven Jepara, blenyik ngemplak dan kerupuk tengiri.Tahap awal, lanjut Salembayong, lembaga ini mengakomodasi perajin mebel tetapi selanjutnya berkembang ke produk lain mengingat Jepara memiliki banyak produk lokal andalan.“Jepara memiliki banyak produk andalan seperti tenun, gerabah, keramik, patung dan lainnya,” tuturnya.
Meski demikian, pembentukan lembaga verifikasi itu, menurut dia, membutuhkan dukungan semua pihak baik instansi pemerintah, asosiasi maupun kalangan dunia usaha mengingat Jepara memiliki sejarah buruk dalam membentuk tata niaga mebel.Dia menuturkan pada 2008 Jepara pernah memiliki Lembaga Pengembangan Ekspor Daerah, maupun pada kenyataannya kontrol kegiatan industri mebel tidak bisa optimal dan akhirnya hilang tanpa jejak.Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda Jepara Ahmad Fauzi mengatakan sedikitnya sudah 99 jenis motif ukir Jepara yang didaftarkan.Dia mengatakan jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi motif ukir Jepara yang kaya dengan inovasi dan paduan budaya lokal.“Tiap tahun, Pemkab Jepara dan Asmindo mengadakan lomba desain mebel untuk menggali potensi daerah,
Langganan:
Postingan (Atom)